Tulisan karya Tomy Michael berjudul Kabinet Bertaruh Dan Pola Pikir Kuno dimuat dalam Media Indonesia Edisi 31 Oktober 2019.
Menteri dan wakil telah diumumkan secara sah, kesemuanya itu menimbulkan diskusi menarik di kelas. Mahasiswa kontra mengatakan bahwa profesionalitas haruslah linier dengan rekam jejaknya seperti Kabinet Zaken misalnya Menteri Nadiem Makarim harusnya memegang jabatan terkait teknologi. Bisa saja pendidikan tetapi bersembunyi di pikiran “’beri kesempatan dulu” adalah hal yang tidak bijak. Sedangkan mahasiswa pro mengatakan bahwa ketika seluruh profesionalitas ada maka hal itu adalah kemustahilan dalam bernegara. Tampaknya mereka menganut aliran rasional Hegel. Negara rasional adalah negara yang cepat untuk maju dan bersaing.
Kemungkinan Kabinet Indonesia Maju ini tetap bertahan hingga eranya selesai. Bisa saja diganti dengan orang lainnya dalam perjalanannya tetapi ketika berbicara mengenai kinerja maka seluruhnya tidak bisa ditebak. Sebagai masyarakat awam, saya pun harus rela membuang waktu selama 60 hari sejak dilantik untuk mengetahui langkah mereka menghadap. Apakah mereka lebih berorientasi pada kemajuan teknologi, keadaban khas Indonesia, relasi keagamaan atau kepercayaan atau jalinan hubungan luar negeri? Jawabannya hanya satu yaitu berilah kesempatan.
Hak prerogatif presiden memilih menteri adalah hal yang wajar dan meletakkan ia dimana berada adalah bagian dari taktik politik yang sebetulnya itu adalah praktik ketatanegaraan positif. Hal yang patut diawasi selain visi dan misi yang terukur yaitu tindakan yang dilakukan apabila melakukan kesalahan.
Kesalahan adalah hal penting karena apabila kita berfokus pada kinerja dan harapan baik itu tidak terwujud maka kekecewaan akan muncul lebih besar. Kinerja bisa berwujud keterbukaan terhadap masyarakat, kemampuan berbicara di depan publik, membuat pernyataan vokal atau anggaran yang tidak kunjung habis. Seyogianya siapapun termasuk para anggota kabinet segera mengakui kesalahan dan mengundurkan diri dari jabatan.
Berita terbaru, Isshu Sugawara Menteri Perdagangan Jepang langsung mengundurkan diri akibat perilaku suap. Bagi saya ini adalah bagian dari kinerja yang bertanggungjawab. Hal lain yang harus diawasi adalah ego dalam bekerja. Adakalanya ego dalam bekerja lebih tinggi daripada kemasalahatan umum. Misalnya saat seorang menteri cenderung berafiliasi pada kelompok-kelompok tertentu padahal kelompok tersebut bukan bagian darinya maka peran masyarakat dibutuhkan. Kepentingan kelompok yang demikian akan mempengaruhi gaya kepemimpinan seseorang dan pada akhirnya apa yang dilakukan mengutamakan kelompok pilihannya atau yang menyokongnya.
Ketiga yaitu menghilangkan cara berpikir yang kuno seperti berdasarkan SARA, idealisme atau fanatik yang berlebihan. Kesemuanya itu apabila kinerja tetap kunjung membaik maka hal yang dilakukan adalah melakukan kritik kepada partai yang berkoalisi karena kinerja yang baik bisa dikalahkan dengan dinamika koalisi. Kritik ini harus disikapi pimpinan partai politik agar merekomendasikan wakilnya diberhentikan dan digantikan dengan yang lebih baik lagi. Jadi bayangkanlah hal-hal baik akan terjadi pada kabinet saat ini karena cinta itu akan sakit jika terlalu bernafsu.
Untag Surabaya || Fakultas Hukum Untag Surabaya || SIM Akademik Untag Surabaya || Elearning Untag Surabaya